Sebelum ada listrik kita menggunakan aki sebagai alat untuk menimbulkan arus listrik untuk menyalakan TV. Sekarang ini penggunaan aki juga masih luas, antara lain pada kendaraan bermotor. Arus listrik pada aki timbul karena adanya perpindahan elektron yang terjadi pada reaksi kimia, dalam hal ini reaksi redoks. Bagaimana reaksi redoks dapat menimbulkan arus listrik? Alat yang memanfaatkan reaksi kimia untuk menghasilkan listrik adalah sel elektrokimia. Sedangkan elektrokimia adalah bagian dari ilmu kimia yang menyelidiki hubungan antara energi listrik dengan energi kimia (reaksi redoks).
Sel elektrokimia ada dua jenis yaitu sel Volta (menghasilkan listrik dari reaksi redoks) dan sel elektrolisis (menghasilkan reaksi redoks dari listrik). Oleh karena keadaan cair lebih memungkinkan terjadinya reaksi daripada gas atau padat, sebagian besar sel elektrokimia dibuat dengan memakai zat cair yang disebut elektrolit yaitu suatu larutan yang mengandung ion dan menimbulkan arus listrik.
Berikut akan kami bahas mengenai persamaan dan perbedaan sel volta/ sel galvani dengan sel elektrolisis.
Persamaannya:
- Pada sel elektrokimia, baik sel Volta maupun sel elektrolisis digunakan elektrode, yaitu katode, anode, dan larutan elektrolit.
- Reaksi yang terjadi pada sel elektrokimia adalah reaksi redoks, pada katode terjadi reduksi, sedangkan pada anode terjadi oksidasi.
Sedangkan perbedaan sel volta dan sel elektrolisis dapat dilihat pada tabel berikut ini:
- Untuk meningatnya, sel elektrokimia (AN-OX, KAT-RED) artinya di anoda terjadi reaksi oksidasi dan di katoda terjadi reaksi reduksi.
- Begitu pula untuk mengingat kutub yang terjadi di anod dan katoda di sel elektrokimia. Pada sel volta katoda terletak pada kutub positif sedangkan anoda kutub negative (KAPAN) artinya KAtoda Positif dan ANoda Negatif. Sedangkan pada sel elektrolisis katoda terletak di kutub negative dan anoda kutub positif (KNAP) artinya Katoda Negatif dan Anoda Positif.
Sebelum lebih lanjut menguraikan sel Volta dan sel elektrolisis, terlebih dahulu akan dibahas deret Volta yang merupakan deret keaktifan logam-logam. Telah dipelajari sebelumnya bahwa logam-logam pada umumnya memiliki sifat energi ionisasi yang relatif rendah dan afinitas elektron yang relatif kecil. Oleh karena itu, unsur-unsur logam cenderung mengalami oksidasi (melepaskan elektron) dan bersifat reduktor.
Alessandro Volta melakukan eksperimen dan berhasil menyusun deret keaktifan logam atau deret potensial logam yang dikenal dengan deret Volta.
Semakin ke kiri suatu unsur dalam deret Volta, sifat reduktornya semakin kuat. Artinya, suatu unsur akan mampu mereduksi ion-ion unsure di sebelah kanannya, tetapi tidak mampu mereduksi ion-ion dari unsur di sebelah kirinya.
Logam Na, Mg, dan Al terletak di sebelah kiri H sehingga logam tersebut dapat mereduksi ion H$^+$ untuk menghasilkan gas H$_2$, sedangkan logam Cu dan Ag terletak di sebelah kanan H sehingga tidak dapat mereduksi ion H$^+$ (tidak bereaksi dengan asam).
Deret Volta juga dapat menjelaskan reaksi logam dengan logam lain. Misalnya, logam Zn dimasukkan ke dalam larutan CuSO$_4$. Reaksi yang terjadi adalah Zn mereduksi Cu$^{2+}$ (berasal dari CuSO$_4$) dan menghasilkan endapan logam Cu karena Zn terletak di sebelah kiri Cu.
Demikian pembahasan materi Sel Elektrokima secara Umum . Untuk lebih memahami, akan dibahas mengenai sel volta/ sel galvani dan sel elektrolisis. Simaklah pembahasan tersebut dengan seksama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar